Konfnas UNISA - Nasiatul Aisyiyah

KONFERENSI NASIONAL DALAM RANGKA MUKTAMAR NASYIATUL AISYIYAH XIII - KERJASAMA ANTARA - UNIVERSITAS AISYIYAH YOGYAKARTA DAN PIMPINAN PUSAT NASYIATUL AISYIYAH

Selengkapnya

Pendahuluan

Muhammadiyah, sebagai gerakan pencerahan untuk membangun peradaban Islam yang sebenar-benarnya telah meletakkan dasar-dasar visi memasuki abad ke dua yaitu Gerakan Islam Berkemajuan. Gerakan ini bukanlah merupakan gerakan yang spontan tanpa adanya argument yang mendasar. Akan tetapi gerakan yang mencoba mengaktualisasikan nilai-nilai Islam di Era Modern dimana Islam menghadapi konteks zaman yang penuh dengna dinamika kontalasi peradaban Barat dan Timur yang senantiasa berseteru untuk melanggengkan powernya dengan berbasis pada penguasaan ekonomi, ilmu pengetahuan dan teknologi, serta sumber daya manusia. Spirit Islam berkemajuan antara lain meliputi:

Pertama, Tauhid yang murni. Tauhid adalah doktrin sentral ajaran Islam. Tauhid adalah pintu gerbang Islam. Salah satu misi utama Muhammadiyah adalah menegakkan tauhid yang murni. Muhammadiyah sering kali disebut sebagai gerakan Islam Puritan karena keteguhannya dalam mengajak masyarakat untuk senantiasa berpegang pada aqidah yang lurus, bersih dari anasir yang merusak. Dengan Tauhid yang murni manusia bisa mendapatkan kekuatan dalam hidup. Tauhid membentuk manusia yang berjiwa merdeka. Keyakinannya kepada Allah dengan sifat-sifat dan keagungan-Nya membuat mausia tabah dalam menghadapi kesulitan hidup, berbuat baik kepada sesama dan tidak takabur ketika sedang berkuasa.

Kedua, Memahami Al Qur’an dan As Sunnah secara mendalam. Bagi Muhammadiyah, beragama harus berdasarkan pada Al Qur’an dan As Sunnah. Muhammadiyah melarang sikap taklid, beribadah tanpa dasar-dasar dan pemahaman yang mendalam. Muhammadiyah mengajak umat Islam untuk senantiasa berpegang teguh pada Al Qur’an dan As Sunnah dan menjadikannya dasar dalam beribadah dan bermuamalah. Muhammadiyah berpendapat bahwa pemahaman terhadap Al Qur’an dan As Sunnah masih terbuka. Begitu pula pemahaman terhadap Islam. Muhammadiyah tidak menolak eksistensi Madzhab tertentu, tetapi tidak mengikuti Madzhab tertentu secara taken for granted, pasrah bongkokan. Dengan berlandaskan pada Al Qur’an dan As Sunnah setiap amal manusia memiliki dimensi transendental dan fondasi yang kokoh. Dengan penafsiran dan pengkajian kembali Al Qur’an dan As Sunnah diharapkan diperoleh pemahaman yang genuine dan aktual.

Ketiga, Melembagakan amal shalih yang fungsional dan solutif. Iman tidak akan sempurna tanpa amal shalih. Tetapi bagi Muhammadiyah amal shalih bukan semata-mata ritual ibadah mahdhah semata, tetapi berupa karya yang bermanfaat, merefleksikan kerahmatan Islam dan kasih sayang Allah. Amal shalih bagi Muhammadiyah bukanlah eskapisme, menunaikan ibadah dengan mengasingkan diri dari manusia dan berbagai permasalahan hidup dengan asyik masyuk ritual dan dzikir spiritual. Amal shalih adalah amal yang bermanfaat dan solutif.

Keempat, Berorientasi kekinian dan masa depan. Salah satu sebab kemunduran umat Islam adalah romantisme masa lalu yang berlebihan. Tidak ada keraguan bahwa kaum Muslim telah berhasil mencapai kejayaan melalui karya-karya yang mengagumkan. Intelektual Muslim Masa Pertengahan mampu menyusun karya-karya cemerlang yang menyinari dunia dan menuntun masyarakat Barat yang masih hidup dalam gelap gulita. Tetapi mengagungkan masa lalu yang sudah terkubur oleh waktu bisa menjadi “candu” yang membuat kita mabuk dengan impian semu dan nostalgia yang menina bobo. Prestasi gemilang itu milik para intelektual dan tokoh yang menciptakannya, bukan milik kita sekarang ini. Umat Islam perlu bersikap realistis terhadap keadaan masa kini. (Syafi’I Maarif, 2009).

Para pendiri Muhammadiyah memberikan contoh bagaimana membangun Islam yang bekemajuan. Pertama, melihat Islam sebagai realitas kekinian dan kedisinian. Kedua, mejadikan realitas, konteks situasi dan kondisi untuk merancang masa depan yang lebih baik. Semangat ini terwujud melalui pemikiran dan langkah cerdas yang dilakukan para pendiri Muhammadiyah  sehingga saat ini kita bisa melihat visi mereka dengan berdirinya amal usaha Muhammadiyah di tiap sudut wilayah negeri ini, yang kian hari kian berkembang baik dari kuantitas dan kualitasnya. Yang dengan kesadaran penuh hal ini dilakukan untuk memaksimalkan potensi dan pemberdayaan umat Islam.

Kelima, Bersikap toleran, moderat dan suka bekerjasama. Sebagian masyarakat masyarakat menilai anggota Muhammadiyah bersikap elitis dan eksklusif. Fanatisme dan militansi menegakkan Islam murni yang berlebihan terkadang membuat kita over reaktif kepada mereka yang berbeda paham. Kita tidak leluasa bergaul hanya karena masalah-masalah agama yang sepele, khilafiyah furuiyah, ecek- ecek. Padahal generasi awal Muhammadiyah begitu toleran, sangat menghormati dan mengakomodasi berbagai hal selama tidak mempengaruhi prinsip penegakan tauhid. Kerjasama juga dilakukan dengan para tokoh organisasi sosial di masa itu untuk tujuan bersama yang lebih besar yaitu mengangkat kehormatan kaum bumi putera dari keterpurukan akibat kolonialisme.

Nasyiatul Aisyiyah sebagai organisasi otonom Muhammadiyah mempunyai agenda khusus tentang aktualisasi gerakan Islam Berkemajuan tersebut. Melalui berbagai macam aktifitasnya, organisasi yang konsern bergerak di kalangan remaja putrid dan ibu muda ini mengagendakan isu strategis dimana wanita muda Islam umumnya dan Muhammadiyah khususnya mempunyai tanggung jawab dalam membangun peradaban Islam di Indonesia yang maju dan unggul serta upaya untuk berperan serta dengan segenap pihak untuk mengatasi problem wanita Indonesia dan anak yang kian hari kian berat.