HIV dan AIDS merupakan masalah kesehatan di seluruh dunia yaitu masih tingginya transmisi infeksi, angka kesakitan dan angka kematian. Secara global kasus HIV pada tahun 2011, diperkirakan terdapat 34 juta orang hidup dengan HIV, sebanyak 30,7 juta diantaranya adalah orang dewasa. Sebesar 16,7 juta yang terinfeksi adalah perempuan dan sebanyak 3,3 juta anak-anak dibawah usia 15 tahun. Jumlah orang yang terinfeksi baru dengan HIV sebanyak 2,5 juta, dengan pembagian 2,2 juta usia dewasa dan, 330 ribu adalah anak-anak usia kurang dari 15 tahun. Jumlah kematian akibat AIDS, adalah sebanyak 1,8 juta orang, dengan pembagian 1,5 juta diantaranya adalah orang dewasa dan sebanyak 230 ribu adalah anak-anak kurang dari 15 tahun (WHO, 2011).
Distribusi kasus kasus HIV di Indonesia mayoritas berusia reproduktif aktif usia 15-49 tahun dan sebanyak 28% adalah perempuan. Diperkirakan pada waktu mendatang akan terdapat peningkatan jumlah infeksi baru HIV pada perempuan. Selain itu, risiko penularan dari ibu ke bayi berpotensi meningkat karena terdapat 3.200 ibu rumah tangga pengidap HIV di Indonesia. Ibu rumah tangga tersebut berpeluang hamil dan melahirkan, kemudian ditambah banyak pengidap yang belum ditemukan. Sejalan dengan itu maka diperkirakan jumlah 3 kehamilan dengan HIV akan meningkat. Secara nasional, terdapat 1.200 ibu hamil yang dinyatakan positif mengidap HIV. Sehingga, karena lebih banyak perempuan hamil yang terinfeksi, kemungkinan akan menularkan infeksi pada anaknya. Dampaknya adalah bayi tumbuh menjadi anak yang mewarisi HIV positif akan lebih sering mengalami penyakit infeksi dan sering mengalami gangguan tumbuh kembang bahkan sampai menyebabkan kematian (Kemenkes.RI, 2011).
Sejak tahun 2007, upaya pencegahan penularan HIV melalui ibu ke bayi telah dilaksanakan dalam skala yang masih terbatas, khususnya di daerah dengan tingkat epidemi HIV tinggi. Salah satunya melalui layanan PMTCT (prevention of mother to child transmission) yang terintegrasi dalam layanan KIA (Antenatal Care). Program PMTCT juga telah dilaksanakan oleh beberapa lembaga masyarakat khususnya untuk penjangkauan dan memperluas akses layanan ke PMTCT. Namun program yang ada belum memberikan hasil yang optimal mengingat fasilitas dan sumber daya yang terbatas, sehingga program yang dirancang belum memberikan hasil capaian yang diharapkan.
Health Technology Assessment merupakan suatu riset kebijakan multidisipliner yang meneliti dengan sistematis dan melaporkan karakteristik, efek, dan dampak pengembangan dan penggunaan aneka teknologi kesehatan dalam sistem pelayanan kesehatan, meliputi karakteristik teknis, keamanan, efikasi dan efektivitas, dampak ekonomis, sosial, legal (hukum), etika, politik, baik yang disengaja atau tidak disengaja, dampak jangka pendek maupun panjang (Taylor, 2009).
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa Health Technology Assement (HTA) adalah kajian yang bersifat sistematis, berorientasi pada pasien, multidisiplin terhadap dampak/efek penerapan teknologi kesehatan yang baru maupun yang lama, secara langsung atau tidak langsung dalam pelayanan kesehatan dengan mempertimbangkan berbagai aspek meliputi keamanan, efektivitas, biaya, aspek sosial ekonomi, hukum dan etika sebagai bahan masukan/rekomendasi bagi para penentu kebijakan dalam pengambilan keputusan dibidang kesehatan.
Berkaitan dengan permasalahan HIV/AIDS di Indonesia yang banyak terjadi pada perempuan usia subur dan terutama pada ibu hamil yang berpotensi menularkan virus HIV kepada bayi yang dilahirkan, serta pelaksanaan program PMTCT yang belum optimal, akan mempengaruhi kualitas hidup ibu dan anak di masa yang akan datang. Sehingga untuk menanggapi permasalahan tersebut perlu dilakukan Health Technology Assessment melalui pengkajian terhadap program yang ada guna memberikan rekomendasi kepada pemerintah dan pihak terkait dalam mengambil kebijakan yang efektif dan efisien, untuk menurunkan progresivitas penyakit dan epidemi HIV/AIDS di Indonesia khususnya pada ibu hamil dengan mempertimbangkan berbagai aspek baik etikolegal dan sosiokultural.
Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta sebagai salah satu perguruan tinggi kesehatan yang ada di Indonesia dituntut memberikan kontribusi dalam upaya peningkatan derajat kesehatan melalui pengembangan Tridharma Perguruan Tinggi. Salah satu Program Studi yang ada di Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta adalah Program Magister (S2) Kebidanan yang memiliki keunggulan dalam Health Technology Assessment (HTA), keunggulan ini adalah respon terhadap tantangan terbesar tenaga bidan di Indonesia yaitu penggunaan teknologi dalam pelayanan kebidanan baik pada penentuan diagnosis, rencana asuhan/tindakan dan intervensi. Diharapkan dengan penerapan HTA dapat menghasilkan suatu rekomendasi kepada pemerintah sebagai pertimbangan dalam membuat kebijakan, baik pada skala individu atau pasien, baik di tingkat penyedia layanan kesehatan atau lembaga, baik di tingkat daerah, nasional maupun internasional, sehingga didapatkan kebijakan pelayanan kesehatan yang bermutu, berkualitas dan terstandar.
Berdasarkan latar belakang di atas, mahasiswa Program Studi Ilmu kebidanan Program Magister (S-2) Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta akan menyelenggarakan seminar terkait, dengan Tema Health Technology Assessment dalam penanganan HIV/ADIS pada pelayanan kebidanan.